Aktor Ini Menolak 10 Juta Dollar Demi Imannya

Chris Tucker dibesarkan di Pantekosta dan sejak kecul secara teratur menghadiri gereja, namun aktor tersebut meninggalkan imannya setelah menjadi terkenal. Tetapi kemudian menjadi orang Kristen yang dilahirkan kembali setelah pindah kembali ke Atlanta pada akhir 1990-an.

Menurut sumber, aktor Rapper  Chris Tucker menolak muncul dalam sekuel film "Friday," film ini sempat populer pada tahun 1995. Dia  menolak tawaran $ 10 juta hingga $ 12 juta untuk memerankan karakter yang dikenal untuk memaki dan merokok ganja tersebut, karena bertentangan dengan imannya. 

“Dia tidak ingin memaki atau merokok ganja di depan kamera lagi.” ungkap lawan mainnya dalam film Friday.

Dalam sebuah wawancara, Tucker, yang terkenal karena perannya dalam franchise film “Rush Hour”, telah mengungkapkan alasan mengapa dia menolak untuk tampil di sekuel “Next Friday” dan “Friday After Next .”

“Saat itu, saya harus memberi tahu Anda, salah satu alasan mengapa saya tidak melakukan yang kedua adalah karena gulma. Karena saya bilang, bung, film itu menjadi fenomena. Saya tidak ingin semua orang merokok ganja — dan saya tidak pernah benar-benar memberi tahu orang-orang ini karena saya agak melupakannya, tetapi itu adalah salah satu alasan mengapa saya tidak melakukannya. Karena saya berkata, 'Saya tidak ingin mewakili semua orang yang merokok ganja.'”

Dia menambahkan, “Dan itulah salah satu alasan mengapa saya berkata, 'Tidak.' Saya tidak ingin terus melakukan karakter itu. Itu mungkin bagus untuk saya karena itu membuat saya terus bergerak ke fase berikutnya dan film berikutnya.”

Pada tahun 2014, Tucker mengatakan kepada surat kabar Kanada Straight bahwa dia kembali ke stand-up comedy karena keyakinannya.

“Menjadi seorang Kristen membantu saya dalam komedi,” katanya. “Aku harus membicarakan hal lain. Biasanya, sebagian besar komik membicarakan hal-hal yang mudah — mungkin memaki atau mengatakan sesuatu yang tidak senonoh. Saya harus menggali lebih dalam untuk menemukan sesuatu yang masih lucu dan tidak vulgar. Ini lebih sulit. Saya suka tantangannya.”