Mantan Muslim Mesir, Majed el-Shafie: Dipenjara dan Disiksa Karena Mengikut Yesus
Majed el-Shafie, adalah presiden organisasi OFWI (One Free World International). Shafie adalah seorang muslim asli Mesir, Kairo. Tahun 1998 ia memutuskan untuk mengikuti Yesus yang membuatnya ditangkap, disiksa dan dipenjarakan.
Dibesarkan di keluarga muslim terkemuka di Mesir, awalnya Shafie memiliki pergumulan di hatinya, baginya di agama terdahulunya tidak ada kedamaian, tidak ada hak untuk perempuan, tidak ada hak untuk minoritas, bahkan diperbolehkan untuk menyakiti sesama manusia yang berkeyakinan beda dengan mereka. Ia juga mendapatkan stigma negatif, saat berteman dengan orang-orang Kristen ketika masuk ke Universtias.
Namun hal yang berbeda ia rasakan dari teman-temannya yang beragama Kristen. Mereka sangat damai dan tidak memiliki kebencian, lalu mengapa orang-orang membenci orang Kristen?
Karena ketertarikannya itu, ia mendatangi salah satu temannya. Ia kemudian dipinjamkan Alkitab oleh temannya itu. Semakin dibaca, Shafie makin melihat Yesus semakin luar biasa. Yesus yang datang ke dunia, untuk mati menebus dosa umat manusia. Ia juga melihat betapa besar pengorbanan dan kasih dari Yesus, dari sana ia mendapatkan kesimpulan, jika Yesus adalah Tuhan yang seharusnya disembah. Ia merasakan kebebasan yang tidak pernah ia rasakan, saat ia tahu jika ia adalah anak Tuhan.
Shafie mengambil langkah untuk membuat organisasi bawah tanah. Ia menggunakan gua bawah tanah untuk beribadah. Ia dan kawan-kawannya bahkan membuat sekolah Alkitab, dan membuat klinik kesehatan. Sampai ada sebuah surat kepada pemerintah untuk memberikan kebebasan untuk mereka beribadah dengan layak, pemerintah pun menanggapi hal itu dengan menargetkan organisasi tersebut.
Suatu hari, seorang tentara berhasil menemukan gua tempat mereka beribadah dan melakukan serangan kepada mereka. Salah seorang temannya yang saat awal meminjamkannya Alkitab melindunginya, dan mati seketika dikarenakan peluru yang tepat mengenainya. Saat itu sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir teman Shafie berkata "Lanjutkan Perjuangan kita, jangan pernah menyerah!" Itu adalah kalimat terakhir temannya.
Shafie berhasil kabur dan melanjutkan usahanya selama tiga bulan, sampai petugas keamanan menemukan rumahnya. Ia ditangkap dan dipaksa membuka mulut untuk membeberkan semua kegiatan organisasi yang ia lakukan, siapa saja orang yang bersamanya. Ia juga mendapatkan ancaman, dan dibawa ke Penjara Abu Zaabal dikeesokan harinya. Bagi penduduk, penjara ini disebut-sebut sebagai "Neraka di Bumi." Orang-orang yang menginterogasinya membawanya ke bawah tanah, ia ditempatkan di sel yang sangat gelap, tidak ada cahaya. Disana Shafie merasa ia akan mati, ia hanya bisa mendengar teriakan tahanan lainnya yang mungkin juga sedang di interogasi. Ia pun mulai berfikir untuk mengkhianati teman-teman seperjuangannya yang masih ada di luar sana.
"Di atas darah saya yang menggenang di lantai penjara, saya berdoa kepada Tuhan. Saya menyampaikan rasa terimakasih saya, karena Yesus mau mati di kayu salib untuk saya, dan saya sudah dibebaskan dari darah dan daging. Saya juga berjanji mau mati untuk Tuhan, saya hanya minta untuk mati keesokan harinya."
Keesokan harinya, interogator mendatanginya dan memberikan penawaran. Ia meminta Shafie utuk memberi tahu semua nama temannya yang berkomplot dengannya, dan akan membebaskan Shafi setelahnya. Shafie menyetujuinya, namun ia meminta diberikan makan dan minum sebelumnya.
Setelah diberikan makan, ia kembali di interogasi dan ditanyakan nama teman-temannya. "Saya mengatakan, kami adalah grup yang besar, yang memiliki ribuan pengikut. Saya tidak ingat semua nama teman saya. Tapi saya bisa kasih tahu nama pemimpin kami, Interogator itu sangat senang, lalu saya katakan 'nama pemimpin kami Yesus Kristus, jika kalian ingin tangkap, tangkap saja Dia jika bisa.'" Mendengar hal itu sipir dan interogator tersebut sangat marah, dan ia kembali mendapatkan siksaan brutal yang membuatnya harus menahan sakit sampai dua hari. Ia terbangun saat ia berada di rumah sakit, dan menunggu hari-hari dimana ia akan dijatuhi hukuman dari pengadilan Mesir.
Hasil pengadilan sudah jelas, ia akan dijatuhi hukuman mati. Namun Shafie tidak tahu jika organisasinya sedang merencanakan sebuah pembebasan untuk menyelamatkan dirinya. Saat ia berada di sel tahanan, teman-temannya datang menjemputnya. Mereka menyeberang ke Alexandria, Mesir.
Mereka memberitahukan Shafie jika selama ini polisi sudah menaruh wajahnya di setiap surat kabar, majalah, dan acara televisi. Mereka meminta Shafie pergi karena Mesir sudah tak aman baginya.
Shafie kabur ke Timur menaiki jetski, ia melewati perahu patroli perbatasan untuk sampai ke Israel. Shafie menyerahkan diri kepada polisi Israel, dan melalui amnesty internasional oleh PBB. Kemudian ia pergi ke Kanada pada tahun 2002 untuk mendapatkan suaka politik.
Baca juga: Kesaksian Shakir Muhammad, Mantan Imam Muslim India Berjumpa Yesus: 'Saya Temukan Kebenaran'
Sejak 2006 ia memperoleh kewarganegaraan dan ia menetap di Kanada hingga sekarang. Ia mendirikan dan menjalankan organisasi One Free World International. Organisasi ini bergerak untuk melindungi hak asasi manusia, yang berkomitmen untuk melindungi orang yang teraniaya di seluruh dunia.
Tahun 2012 El Shafie mendapat medali Diamond Jubilee dari Ratu Elizabeth II, setelah berani menyerukan ketidak-setujuannya kepada radikalisasi di dunia muslim. Yang membuat dampak kebencian kepada Israel.
"Tuhan berjalan bersamaku kemanapun aku pergi. Begitu kita tahu kita menemukannya, tidak ada yang lebih penting lagi selain itu."
Kisah perjalanan El Shafie dijadikan Film dokumenter pada tahun 2012, berjudul Freedom Fighter.
Baca juga: 'Saya Bertemu Mesias': Psikolog Israel Yahudi Menemukan Yesus Kristus
(Sumber: CBN)
Posting Komentar untuk "Mantan Muslim Mesir, Majed el-Shafie: Dipenjara dan Disiksa Karena Mengikut Yesus"