Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kesaksian Gulshan Fatima Shah, Keturunan Fatima anak Muhammad: 'Yesus Menyembuhkanku'


Gulshan Esther lahir dengan nama asli Gulshan Fatima Shah pada tahun 1952 dari keluarga Islam Shiite Pakistan yang saleh dan kaya. Dia berasal dari garis keturunan Sayed, yang merupakan keturunan langsung dari Fatima, anak Muhammad. Garis keturunan ini dipercaya sebagai anugerah untuk masuk surga. Namun akses masuk surga ini bisa batal seandainya orang itu melakukan dosa besar seperti bunuh diri.

Pada usia enam bulan, Gulshan menderita penyakit tipus, disusul dengan polio, yang mengakibatkannya lumpuh berat. Bagian kiri tubuhnya lumpuh, dengan kedua kaki dan tangan menggantung dan tidak berfungsi. Seringkali pada masa kecilnya, ia merasa iri melihat anak-anak lain yang beraktivitas dan bermain dengan normal.

Ayah Gulshan adalah pemimpin umat Muslim yang sangat dihormati. Dia menyekolahkan Gulshan in di sekolah Islam sejak usia muda. Gulshan tidak pernah lalai sembahyang lima kali sehari dan pada usia 7 tahun ia mulai mengenakan pakaian wanita Muslim. Ia merasa aneh melihat cara berpakaian wanita Barat. Meskipun ia anak paling kecil, ayah Gulshan selalu memberikan perhatian khusus untuknya. Ibu Gulshan sudah meninggal, alasan ini juga yang membuat ayahnya memberikan perhatian lebih padanya.


Pada tahun 1966, Ayah Gulshan membawa anaknya ke Inggris dengan keyakinan bahwa dokter-dokter Inggris mampu menyembuhkan Gulshan. Begitu besar rasa percayanya sehingga dia sudah merencanakan perjalanan ke Mekah dan Medinah untuk menyatakan terima kasih kepada Allah setelah pengobatan.

Rasa percayanya yang besar itu kemudian sirna. Pada pemeriksaan oleh dokter di kamar hotel di London, dokter menyatakan bahwa Gulshan tidak punya harapan untuk bisa disembuhkan, "Tiada obat bagi putrimu, yang ada hanya doa." Waktu itu Gulshan heran bahwa orang kafir bisa berkata demikian.

Mereka pun tetap dengan rencananya melakukan ibadah haji di Mekah, bukan untuk berterimakasih pada Tuhan seperti rencana semula, tapi untuk melakukan usaha meminta kesembuhan. Segera Gulshan, ayahnya, dan kedua pembantunya pergi ke Mekah. Mereka diterima di Jeddah oleh seorang Sheikh, kawan ayah Gulshan dan pemilik tanah yang kaya raya. Mereka membuat rencana matang untuk menunaikan ibadah haji. Dua domba kurban dipesan untuk setiap orang agar doa mereka diterima.

Gulshan duduk di atas kursi roda dan didorong menuju perkemahan haji. Lalu Gulshan diletakkan di atas usungan kayu dan diangkat oleh empat orang laki mengelilingi Ka'abah. Gulshan bahkan diizinkan mencium batu hitam itu, dengan sangat yakin akan peroleh kesembuhan. Selama menunaikan haji mereka terus berusaha, Gulshan dimandikan dengan air zam-zam, yang terkenal sebagai air suci yang bisa menyembuhkan, sampai mengunjungi makam Muhammad di Medina. Dia bahkan diberi izin khusus untuk berdoa di tempat itu minta disembuhkan. Mereka lalu mengunjungi berbagai tempat suci Islam di Yerusalem dan Irak, tapi hasilnya tetap nihil.

Setelah sebulan, mereka lalu pulang kembali ke Pakistan dengan rasa kecewa berat. Jika penunaian ibadah haji merupakan 'jalan ke surga' seperti yang ayah Gulshan kira, maka pintu surganya ternyata tetap tidak dibukakan.

Pertemuan dengan Yesus

Celakanya, kelumpuhan Gulshan tidak hanya sebatas fisik, namun juga lumpuh secara jiwa dan raga dengan arti rasa putus asa benar-benar sudah meliputinya. Seluruh keluarga Sayed berduka dan dengan sia-sia berusaha membangkitkan semangat Gulshan. Gulshan dengan setia tetap melakukan ibadahnya, tetapi semakin merasa putus asa.

Baca juga: Kisah Ali Pektash yang Dijamah Yesus di Mekkah


Dua tahun berlalu, ayah Gulshan meninggal karena radang paru-paru. Kejadian ini terlalu berat untuk Gulshan dan beberapa kali dia berpikir untuk bunuh diri. Namun ia berpikir, jika ia bunuh diri ia tidak akan kembali bertemu dengan keluarganya yang dipercaya ada di surga karena garis keturunan mereka. Meskipun ingin bunuh diri sekalipun, ia juga tidak bisa melakukannya sebab tangan dan kakinya tidak bisa digerakkan untuk menggantung diri, mengambil pisau, atau meminum racun.

Gulshan berdoa kepada Allah untuk mengambil nyawanya. Dia tidak mengerti mengapa orang sebaik ayahnya yang berguna melayani masyarakat diambil nyawanya oleh Tuhan, sedangkan anaknya yang lumpuh dan tidak bisa apa-apa dibiarkan hidup. "Kenapa tidak saya saja yang mati?" tanyanya.

Sejak masa kecilnya, Gulshan melakukan sembahyang pertama jam 3 pagi setiap hari. Tapi setelah kematian ayahnya, dia patah semangat dan merasa sukar menjalani kebiasaan sembahyangnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Gulshan tidak mengucapkan ayat-ayat sembahyang yang seharusnya dalam bahasa Arab. Bahkan karena rasa putus asanya, dia hanya menangis pada Tuhan di dalam bahasanya sendiri (Urdu) dan berkata,"Saya mau mati saja, tidak mau hidup lebih lama lagi."

Pada saat itu, dia mengalami perasaan yang sama sekali baru dan tidak bisa dijelaskan. Dia sangat merasakan seseorang mendengar tangisnya. Dia seakan sadar bahwa yang mendengarnya adalah Tuhan, dan Gulshan sendiri berbicara sepertinya Dialah yang memegang kendali hidupnya. Dengan cara yang sangat tidak Islami dalam mengahadapi Tuhan, Gulshan menantang Dia dengan pertanyaan, "Dosa apa yang aku lakukan sehingga Engkau membuatku sesengsara ini? Sejenak setelah aku lahir, Kau ambil ibuku. Lalu aku lumpuh. Sekarang Kau ambil ayahku. Katakan padaku, mengapa Kau hukum aku seperti ini?"

Setelah ledakan pertanyaan ini, sunyi sejenak. Lalu terdengar suara lembut, "Aku tidak akan membiarkanmu mati. Aku akan tetap membuatmu hidup." Di kemudian hari Gulshan menerangkan bahwa suara itu sangat jelas terdengar, meskipun dia tidak bisa menjelaskan suara itu seperti apa. Pesan suara itu tidak menyenangkan hati Gulshan. Dia tidak ingin mendengar Tuhan membiarkannya hidup. Lalu ia berkata padaNya, "Apa gunanya membiarkanku hidup? Saya lumpuh. Waktu ayah masih hidup, paling tidak saya bisa berbagi perasaan dengan dia. Sekarang dia telah tiada dan saya tidak punya harapan lagi dan tiada gunanya hidup ini."

Suara itu terdengar lagi, "Siapa yang memberi mata pada orang buta? Siapa yang menyembuhkan orang sakit? Siapa yang menyembuhkan orang sakit kusta dan membangkitkan orang mati? Akulah Yesus, anak Maria. Baca tentang Aku di dalam Qur'an mu, di Sura Maryam."

Malam berikutnya, Gulshan meminta pelayannya memberinya bagian Qur'an yang berisi Sura Maryam. Tetapi ia merasa kesusahan membaca huruf, lalu terlintas pikiran untuk membaca Qur'an versi Urdu. Ini pikiran yang radikal buat Muslim sejati. Muslim percaya bahwa bahasa Arab adalah bahasa Surgawi dan Qur'an semestinya dimengerti melalui bahasa aslinya. Menerjemahkan Qur'an ke bahasa lain dianggap dapat menghilangkan sebagian maknanya.

Baca juga: 'Wanita Buta Selama 13 Tahun, Sembuh Secara Instan oleh Doa Syafaat Suami': Kata Studi Tentang Kuasa Doa


Meskipun begitu, karena Gulshan berpikir bahwa Yesus bicara dengan dia dalam bahasa Urdu, Tuhan tentunya tidak keberatan dengan bahasa Urdu dan Qur'an versi Urdu semestinya diterima juga olehNya.

Pada waktu itu, Gulshan tidak ingat pernah mendengar nama Yesus. Semestinya ia pernah mendengar nama itu sewaktu belajar Qur'an, tapi tentunya waktu itu nama tersebut tidak ada arti baginya. Tapi sekarang dengan membaca Sura Maryam untuk pertama kali dalam hidupnya dengan bahasanya sendiri ia bisa membaca: Malaikat bicara pada Maryam: Allah menganugerahkan FirmanNya bagimu. Namanya adalah Mesiah (Juru Selamat), Jesus anak Maryam. Dia akan dimuliakan di dunia dan di surga. Allah akan menyayangiNya. Dia akan berkhotbah untuk manusia dari tempat lahirnya (ayunan bayi) dan pada waktu dewasa dia akan memimpin hidup yang benar.

Selama tiga tahun Gulshan membaca bagian Qur'an tentang Yesus berulang-ulang, terutama pada malam hari setelah sembahyang terakhir di hari itu. Sekali dia tanya pada bibinya apakah dia tahu tentang Yesus. Bibinya dengan raut muka yang tidak suka bilang bahwa Yesus adalah nabi di Qur'an yang mencelikkan orang buta, menghidupkan orang mati, dan akan datang lagi ke dunia.

Tidak banyak yang terjadi selama tiga tahun itu, tetapi Gulshan terus-menerus berdoa melalui ayat-ayat pendek itu. Ia mulai merasa punya harapan padahal sebelumnya ia putus asa sama sekali. Dia jadi yakin jika ada yang menyembuhkan, pasti Dia itu Yesus! Tapi dia juga mulai lelah menunggu dan mulai berdoa langsung pada Yesus. Gulshan menantangNya, jika Dia bisa menyembuhkan orang sakit kusta dan membangkitkan orang mati, apakah Dia akan menyembuhkannya? Gulshan bahkan mulai menambah sembahyangnya dengan kalimat "O Yesus anak Maryam, sembuhkanlah aku." Dia mengulang kata-kata ini setiap kali sembahyang dan bahkan juga sewaktu memegang satu persatu manik-manik kalung doa yang dia beli dari Mekah.

Suatu pagi, Gulshan bangun jam 3 pagi seperti biasa dan duduk di tempat tidurnya, siap untuk membaca, tapi diam-diam dia mulai berdoa minta kesembuhan. Beberapa pertanyaan timbul di kepalanya. Kenapa sampai sekarang dia belum juga disembuhkan? Apakah dia tidak berdoa pada Yesus dan tidak cukup membaca Sura Maryam itu? Kenapa Yesus memberinya harapan namun kemudian tidak melakukan apa-apa padanya?

Dia lalu berkata dengan berani pada Yesus, "Yesus," katanya, "Saya tahu Engkau hidup. Engkau sudah bicara padaku. Tertera di Qur'an bahwa Engkau menyembuhkan orang sakit. Engkau dapat menyembuhkan aku tapi aku tetap saja lumpuh. Kenapa?" Doanya dijawab dengan kesunyian. Sekali lagi dia menangis keras, "Jika Engkau bisa, sembuhkan aku! Kalau tidak, katakan kenapa? Aku tidak bisa hidup seperti ini." Seketika ruangan dipenuhi lautan cahaya. Semua pintu dan gorden tertutup dan tidak ada cahaya luar yang bisa masuk ke dalam rumah.

Pada saat ini, Gulshan mulai takut dan bersembunyi di bawah selendangnya. Perlahan, tidak jauh dari tempat tidurnya, di tengah-tengah cahaya tampak 13 sosok manusia yang semakin jelas. 12 orang berdiri berbaris, tapi yang ke-13 (di tengah-tengah) tampak lebih besar dan bersinar lebih terang dibandingkan yang lain. Sekarang Gulshan gemetar ketakutan dan berdoa pada Tuhan untuk memberitahu siapa orang-orang ini dan bagaimana mereka bisa masuk kamarnya padahal semua pintu dan jendela tertutup.

Baca juga: Sembuh dari Pendarahan Setelah Berserah pada Yesus: 'Tuhan Selamatkan Hidupku Dua Kali'


Ketika itu pula Orang yang berdiri di tengah berkata. "Bangunlah," perintahNya. "Inilah jalan yang telah kaucari. Akulah Yesus, anak Maryam, kepada siapa engkau berdoa dan sekarang Aku berdiri di depanmu. Bangun dan kemarilah." Gulshan mulai menangis dan protes bahwa dia terlalu lumpuh untuk menuruti perintahNya. Tapi Dia mengulangi perintahNya dan sekali lagi mengatakan bahwa Dia itu Yesus.

Dia mengatakan kalimatNya untuk kedua kalinya, lalu ketigakalinya pada waktu Gulshan belum juga bereaksi. Gulshan mulai merasakan kekuatan baru mengalir di anggota tubuhnya yang lumpuh. Dia meletakkan satu kakinya di lantai dan berdiri. Ajaib, dia lari dan bersimpuh di hadapan kakiNya. Yesus meletakkan tanganNya di kepala Gulshan, dan pada saat itu pula, ia melihat ada lubang di tanganNya dan melalui lubang ini cahaya menembus dan menyinari gaun tidurnya yang berwarna hijau sedemikian terangnya sampai gaun itu tampak putih. Dia berkata, "Akulah Yesus. Akulah Immanuel. Akulah Jalan, Kebenaran, dan Hidup. Aku hidup dan sebentar lagi Aku datang. Mulai hari ini, engkau jadi saksiKu. Apa yang kau lihat sekarang dengan matamu dan kau dengar dengan telingamu harus kau sampaikan pada umatKu. Mulai sekarang engkau harus menjaga jubah dan badanmu tetap tanpa noda. Kemanapun kau pergi, Aku akan menyertaimu dan mulai hari ini engkau harus berdoa seperti ini."

Dia lalu mengajarinya doa yang kita kenal sebagai Doa Bapa Kami. Tentu saja Gulshan belum pernah mendengar doa ini, dan tidak tahu tentang doa ini. Pada waktu Gulshan melihat kaki dan tangannya, tampak di situ ada daging. Yesus, berkata dengan lembut bahwa ia harus menjadi saksiNya. Sisa-sisa kelumpuhan pada tubuhnya untuk menunjukkan pada orang yang tidak percaya bahwa kesembuhan telah terjadi di bagian tubuh yang lain.

Menjadi Saksi Kristus

Sekarang sudah jam 4 pagi. Satu jam sudah berlalu setelah Gulshan bangun tidur. Dipenuhi rasa syukur yang tidak pernah dialaminya selama 19 tahun masa hidupnya, ia berjalan-jalan mengelilingi kamar tidurnya sambil memuji Tuhan. Bibinya yang mendengar langkah kaki di kamarnya menuduhnya berbohong waktu Gulshan berkata bahwa dialah yang berjalan-jalan itu.

Gulshan berkata, "Datang ke sini dan lihat sendiri!" Seluruh rumah heran sekali melihat apa yang terjadi. Orang-orang dari daerah sekitar ataupun yang jauh datang melihat sendiri keajaiban ini. 

Penglihatan rohani akan Yesus terjadi lagi. Melalui penglihatan ini, Yesus menyuruhnya untuk memiliki Kitab Perjanjian Baru (KPB). Dia diberitahu tentang hamba Tuhan dan bahkan diberi petunjuk di mana orang ini berada. Orang ini, menurut penglihatan itu, bisa memberinya sebuah KPB.

Baca juga: Kesaksian Fatimah Sakdiyah Mantan Islam Garis Keras Masuk Kristen: 'Yesus yang Pilih Saya'


Dengan mengikuti petunjuk itu, dia menemukan hamba Tuhan ini yang ternyata seorang Mayor Bala Keselamatan (Salvation Army) dan juga punya beberapa buah KPB. Dengan sedikit ragu, dia memberi sebuah KPB kepada Gulshan dan membantunya mengambil langkah pertama dalam kehidupan spiritualnya.

Gulshan telah membaktikan dirinya kepada Yesus sebagai Juru Selamatnya dan bukan hanya sebagai Penyembuh. Gulshan memilih untuk dibaptis, ia yakin pengalaman di 'dalam' bathin ini harus juga dinyatakan di 'luar' (jasmani). Bala Keselamatan takut kalau tindakan ini bukan lagi masalah keTuhanan semata. Hamba Tuhan (Mayor) ini memberitahu Gulshan secara jelas bahwa dibaptis secara jasmani akan sangat berbahaya baginya. Mayor bilang Gulshan mungkin tidak akan pernah bisa kembali ke rumahnya lagi dan bahkan bisa dibunuh. Bahkan keluarga yang sangat menyayangi seperti keluarganya sekalipun bisa berubah sama sekali jika mereka melihat satu anggota keluarganya berpaling dari agama Islam.

Paman Gulshan sudah melihat kemungkinan terjadinya badai keluarga. Dia berkata bahwa Gulshan bisa memberikan apapun yang Yesus minta, selama dia tidak meninggalkan negerinya dan agamanya. Kakak laki Gulshan yang bernama Safdar Shah berkata bahwa demi kepentingan Islam, dia atau anggota keluarga lain bisa membunuhnya, dan hal itu diizinkan dalam Qur'an.

Meskipun begitu, Gulshan merasa dia tidak bisa menjadi saksi yang efektif bagi Yesus Kristus jika dia tidak mengumumkan imannya. Dia berkata pada Mayor, jika itu memang kehendak Tuhan, dia siap untuk mati demi Kristus daripada harus hidup tanpa Dia. Dengan ini, Mayor mengatur agar Gulshan pergi dengan istrinya ke sebuah rumah di Jalan Karachi. Rumah ini milik Pendeta dan Nyonya Aslam Khan. Pasangan ini punya pelayanan khusus bagi orang Islam yang berganti agama.

Aslam Khan membaptis Gulshan dan ini otomatis memisahkannya dari keluarganya. Pasangan Khan menerima Gulshan di rumah mereka. Segera setelah dibaptis, Gulshan dipenuhi keinginan untuk pergi ke luar dan memberitakan dunia apa yang terjadi pada dirinya. Tapi Pendeta Khan tidak setuju. Menurutnya, Gulshan cukup bersaksi melalui perbuatan. Dia tampaknya yakin bahwa penyebaran iman Gulshan dilakukan di dalam rumah saja.

Seperti yang telah diduga Mayor, dan Gulshan sendiri sudah tahu pasti, hampir seluruh keluarganya menolaknya, meskipun beberapa anggota keluarga bisa bertoleransi. Di suatu kejadian, keponakannya mengundang Gulshan untuk datang di perkawinannya. Pengalamannya ternyata tidak enak karena beberapa anggota keluarga menuduhnya 'gila' dan bahkan memutuskan hubungan keluarga. Setelah pesta selesai, tidak seorang pun mau memberi tumpangan kendaraan ke stasiun bis kota, padahal sudah mulai malam. Sanak keluarganya berkata, "Kami tidak mau kau mengotori mobil kami." Mereka bilang, "Minta diantar saja sama Yesus-mu."

The Torn Veil
Buku "The Torn Veil" (Kerudung yang Terkoyak) yang mengisahkan tentang Gulshan Esther

Pekerjaan Gulshan selanjutnya adalah menjadi wartawan majalah mingguan. Pada hari terakhir tahun 1975, dia menerima undangan pertama untuk bicara di Foreman Christian College di Lahore. Setelah itu mulailah perjalanannya ke segala penjuru Pakistan untuk mengunjungi kelompok-kelompok tertentu dan memimpin kelas Alkitab.

Baca juga: Kesaksian Saifudin Ibrahim Terbaru - Mantan Guru Pesantren Terbesar di Indonesia: "Hidup Ini Adalah Kesempatan untuk Bersaksi'


Pada bulan September 1982, dia berangkat ke Inggris. Ini merupakan bagian awal penginjilan internasional ke Eropa dan Kanada. Dia bicara di radio, merekam kesaksiannya dalam tape dan akhirnya menulis dua buku. Ribuan orang sekarang telah mendengar dan membaca kisahnya. Tak terhitung jumlah umat Kristen yang dikuatkan imannya dan banyak Muslim yang mempertanyakan iman mereka. Banyak orang yang menemukan Yesus untuk pertama kali dalam hidupnya.

Hampir dua tahun berikutnya, dia kembali ke Pakistan. Di sini dia menjadi lumpuh lagi. Kali ini dia mengalami stroke yang mengakibatkannya harus berbaring di tempat tidur untuk sementara waktu. Kejadian ini dipakai kakak lakinya sebagai kesempatan untuk mencobanya kembali ke Islam, tapi Gulshan menolak pandangan kakaknya yang mentakan bahwa Yesus pasti sudah meninggalkannya. Gulshan mengerti lebih baik dan bahkan menyadari bahwa keadaan sakitnya saat itupun dipakai untuk memuliakan namaNya. Karena Gulshan tetap tidak mau berubah iman, kakak laki-lakinya memutuskan segala sisa hubungan persaudaraan yang masih ada. Sebagai tanda sayang dan peduli, ia menyelipkan sejumlah uang di bawah bantal Gulshan sebelum dia pergi meninggalkan kamar dan hidup Gulshan.

Gulshan tadinya berharap untuk tetap tinggal di Pakistan seumur hidupnya. Tapi di awal tahun 1985, dia kembali lagi ke Inggris memakai kursi roda, sama seperti 19 tahun pertama hidupnya. Kali ini tidak ada kesembuhan tiba-tiba. Tapi kenyataan para dokter di Pakistan setahun sebelumnya bilang bahwa dia tidak punya harapan hidup lagi. Tak lama setelah itu, Gulshan mengganti kursi rodanya dengan tongkat sebelum akhirnya tidak memakai pertolongan apapun untuk berjalan. Kekuatannya secara perlahan kembali dan sekali lagi dia berpergian ke seluruh dunia dan bicara di muka umum tentang perjumpaan Illahinya yang luar biasa.

Tonton video kesaksian Gulshan Esther di bawah ini:



(Sumber: unity-in-Jesus-Christ)

1 komentar untuk "Kesaksian Gulshan Fatima Shah, Keturunan Fatima anak Muhammad: 'Yesus Menyembuhkanku'"

  1. Terpujilah Tuhan yg adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir.

    BalasHapus