Bong Chandra – Milyader Muda: "Setiap Saya Jatuh, Tuhan Angkat Saya Lebih Tinggi"

Bong Chandra, pemuda kelahiran 1987 ini dikenal sebagai "Motivator Termuda di Asia". Ia berhasil menjadi seorang milyader di usia yang sangat muda, tentu saja hal tersebut membuatnya menjadi idola banyak orang. Namun siapa sangka bahwa perjalanannya menuju kesuksesan ternyata penuh liku.

Chandra lahir dari keluarga yang biasa saja, orang tuanya pengusaha. Namun ia dibesarkan dengan keadaan penuh kelemahan fisik. Ia terkena sakit flek paru-paru sejak lahir. Tubuhnya sangat kurus dan membuatnya tidak percaya diri. Pada tahun 1998, pada saat kelas 6 SD Indonesia mengalami krisis ekonomi dan kerusuhan. Pabrik kue orangtuanya pun menjadi sasaran kerusuhan, keluarga mereka bangkrut dan membuat mereka hidup dalam kekurangan.


Orangtua Chandra memulai semuanya dari nol, yang mana biasa membuat kue dengan mesin, sekarang membuatnya dengan tangan manual. Ia melihat perubahan orangtuanya yang harus keluar masuk pasar membeli bahan baku sendiri. Hutang dimana-mana, tidak jarang Chandra mengangkat telpon dari penagih hutang. Masa-masa paling pahit bagi Chandra adalah saat mereka sekeluarga harus mengumpulkan uang-uang receh yang ada di sudut-sudut jendela, pojok-pojok lemari, untuk bayar listrik atau telephone.

Chandra tidak punya prestasi sama sekali di sekolah. Karena tiak mampu membeli buku, Chandra hanya mampu mem-fotocopy buku temannya. Chandra pernah hampir tidak pernah naik kelas, dan itu membuatnya berada dalam titik terendah. Seringkali Chandra merasakan iri kepada teman-teman sebayanya, saat orang memiliki ponsel baru, pergi dengan orangtuanya, itu tidak bisa ia lakukan.

Saat itu ada teman Chandra yang sering menjenguknya di rumah dan mengajaknya ke gereja. Chandra pun menyetujuinya, di sana ia sadar bahwa selama ini ia masih mengandalkan kekuatannya sendiri. Kadang Chandra bertanya, untuk apa Tuhan ciptakan kesulitan. Sampai ia menemukan jawabannya, ternyata kalau tidak ada masa-masa sulit, tidak ada masa down, manusia akan mengandalkan dirinya sendiri. Chandra menemukan satu pribadi itu dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Mulai saat itulah paradigmanya mulai berubah.

Bagi Chandra kita manusia ini bukan apa-apa, dalam artian kita ini bisa hidup karena anugerah. Kita bisa sehat, bisa makan karena anugerah. Jadi jangan lagi mengandalkan manusia. Jangan lagi percaya sepenuhnya sama manusia. Perlahan Chandra mulai bangkit, karena orang yang ia sayangi. Chandra berkomitmen untuk tidak egois lagi, ia siap bayar harganya. Chandra yang memiliki keterbatasan keuangan di keluarga namun malah habiskan uangnya ke warnet memilih untuk berubah.

Chandra mulai kerja serabutan, jualan baju, parfum, apapun yang bisa dijual. Chandra bersyukur, dibalik bangkrutnya keluarga Chandra, itu membuat mereka semakin dekat satu sama lain. Berbagai bisnis seperti MLM dan event organizer ia jalani. Untung dan rugi juga silih berganti. Namun ia tidak pernah putus asa. "Luar biasanya, setiap saya jatuh Tuhan angkat saya lebih tinggi. Jadi setiap kali saya jatuh, mentalnya bukannya sama atau lebih rendah, tapi lebih tinggi. Ketika saya pernah jatuh, ternyata Tuhan mempertemukan saya dengan bisnis property."

Baca juga: Kesaksian Junita: Bergumul Karena Kesulitan Finansial


Di bisnis property inilah Bong Chandra berhasil mencapai kesuksesannya. Ia berhasil menjadi milyader di usia muda dan berhasil mewujudkan impian orangtuanya untuk ke luar negeri. Saat dipuncak keberhasilannya, ia ingin orang lain berhasil juga. Karena itulah ia menjadi seorang motivator. "Paling puas adalah saat saya mendapatkan email, atau mendapat mention di twitter saya yang mengatakan hidupnya berubah, mereka jadi memiliki semangat lagi."

"Peran Tuhan Yesus sangat-sangat besar. Terutama dalam filosofi-filosofi hidup saya dalam membangun bisnis. Sebagai contoh, dalam Alkitab ada yang mengatakan barang siapa yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan sorak-sorai. Saya pegang firman Tuhan itu, dan saya lakukan."

Baca juga: Kesaksian Ps. Victor Abraham, Selamat Dari Kerusuhan Ambon: "Tuhan yang Menolong"

(Sumber: kesaksian.org)