Seorang Ayah Muslim Iran Tega Penggal Kepala Putrinya "Demi Kehormatan"
Pemenggalan terhadap seorang gadis Iran berusia 14 tahun yang dilakukan oleh ayahnya setelah dia melarikan diri dengan seorang pria yang lebih tua yang merawatnya telah memicu kemarahan internasional.
Menurut laporan, Romina Ashrafi dibunuh Kamis lalu oleh ayahnya, Reza Ashrafi, yang menggunakan alat pertanian untuk memotong kepalanya saat dia tidur.
Mengutip media lokal, BBC melaporkan bahwa Romina melarikan diri dari rumahnya di provinsi Gilan Iran dengan pria 34 tahun, Bahamn Khavari, setelah ayahnya keberatan dengan pernikahan mereka.
Pasangan itu ditemukan oleh polisi lima hari kemudian. Meskipun Romina dilaporkan telah memperingatkan polisi bahwa hidupnya akan berada dalam bahaya jika dia kembali ke rumah, mereka tetap membawanya kembali ke keluarganya.
Menurut Gilkhabar.ir, Ashrafi dipenggal secara brutal dengan sabit, sebuah alat dengan pisau melengkung yang umumnya digunakan untuk memanen tanaman. Setelah kejahatan itu, ayah gadis itu mengaku melakukan kejahatan "dengan sabit di tangannya" di luar rumah.
Rana Dashti, the mother of #RominaAshrafi, the 13-year-old girl decapitated by her father in Iran, said Romina's father initially bought rat poison and tried to convince Romina to kill herself. Then her husband asked her to teach Romina how to hang herself. #HonorKilling pic.twitter.com/b63OcNOS5Z— Iran International English (@IranIntl_En) May 27, 2020
Kisah Romina ditampilkan di halaman depan banyak surat kabar. Di media sosial, tagar #RominaAshrafi telah dipicu oleh posting dari pengguna di seluruh dunia yang menuntut keadilan.
The Associated Press melaporkan bahwa Reza Ashrafi sekarang dalam tahanan polisi dan kemungkinan akan diadili di pengadilan khusus di mana ia dapat dihukum hingga 10 tahun penjara jika terbukti bersalah.
Gubernur Distrik Hovigh, Kazem Razmi mengatakan kepada kantor berita Iran IRNA, yang dikendalikan oleh rezim Iran, bahwa penyelidikan pembunuhan sedang dilakukan dan hasilnya akan diumumkan kepada publik.
Baca juga: Wanita Kristen Iran Ini Dihukum Penjara & 10 Cambukan Karena Protes Penembakan Pesawat
Banyak yang menggambarkan pembunuhan Romina sebagai "pembunuhan demi kehormatan," suatu tindakan yang lazim di beberapa masyarakat Muslim garis keras di mana kerabat membunuh anggota keluarga yang mereka yakini telah mempermalukan keluarga dengan cara tertentu.
Pada hari Rabu, Presiden Iran Hassan Rouhani meminta kabinetnya untuk segera memberlakukan undang-undang yang lebih ketat tentang pembunuhan demi kehormatan.
Masoumeh Ebtekar, wakil presiden urusan keluarga Iran, mengatakan kepada AP bahwa ia berharap RUU yang menciptakan hukuman yang lebih keras untuk pembunuhan demi kehormatan akan membuatnya melalui tahap akhir persetujuan.
UNICEF mengeluarkan sebuah pernyataan pada Kamis yang mengutuk pembunuhan itu.
"Kami sangat sedih dengan kematian tragis Romina Ashrafi, seorang gadis Iran berusia 14 tahun, di tangan ayahnya," kata pernyataan itu. "Pada saat keluarga-keluarga di seluruh dunia tinggal di rumah untuk melindungi diri mereka dari COVID-19, sangat menghancurkan bahwa seorang anak kehilangan nyawanya karena tindakan kekerasan yang brutal."
Baca juga: Pendeta yang Baru Menikah, Penatua Gereja Ditembak Mati di Rumah Mereka
UNICEF menekankan bahwa "tidak ada yang membenarkan kekerasan terhadap anak-anak."
"Semua anak di Iran — setiap gadis dan setiap anak laki-laki — harus dilindungi setiap saat terhadap semua bentuk kekerasan," demikian pernyataan UNICEF. "UNICEF menegaskan dukungannya kepada pemerintah Republik Islam Iran untuk mengakhiri semua bentuk kekerasan terhadap anak-anak di negara ini sehingga semua anak tumbuh dan terlindungi."
Jurnalis Iran Masih Alinejad menulis di Twitter bahwa Ashrafi bukan yang pertama dan tidak akan menjadi korban terakhir dari pembunuhan demi kehormatan di Iran jika undang-undang tidak diubah.
"Bertahun-tahun yang lalu, Atefeh Navidi, seorang gadis muda dari Iran, kepalanya juga dipotong oleh ayahnya karena dia punya pacar. Seperti yang dapat Anda dengar dari wawancara yang saya lakukan dengan ibunya, dia ragu untuk membela putrinya," tulis Alinejad. "Selama hukum saat ini mendiskriminasi anak perempuan dan memberdayakan orang tua yang kasar, sayangnya siklus kekerasan akan terus berlanjut. Iran akan melihat lebih banyak lagi Rumina dan Atefeh yang secara tragis dibunuh oleh ayah mereka. Siklus kekerasan ini harus berakhir."
Baca juga: Keluarga-Keluarga Kristen Dibunuh di Rumahnya di Negara Bagian Kaduna, Nigeria
Kelompok Amnesty International mengkritik pihak berwenang Iran karena mengembalikan Ashrafi kepada ayahnya meskipun dia meminta keselamatan.
"Kami terkejut bahwa pemerintah Iran berulang kali mengabaikan permintaan Romina untuk perlindungan dari ayahnya yang kejam dan kasar," tweet Amnesty Iran.
Baca juga: Seorang Syekh di Uganda Tega Membakar Putrinya Karena Menjadi Kristen
(Sumber: Christianpost)
Sadis ,kejam ....alasan yg berlebihan hanya krn anaknya percaya Tuhan Yesus ..semoga bpk ini msh ada kesempatan utk percaya pada Tuhan Yesus ..Amin.rm
BalasHapusNgeri sekali demi hormat anak menjadi korban kekerasan
BalasHapus