Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

"Sebuah Momen yang Kudus" —Pengungsi Korea Utara Akhirnya Dibaptis di Rumah Persembunyian


"Apakah Anda percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat hidup Anda?"

"Ya"

"Apakah Anda percaya bahwa hanya melalui darah Yesus, Anda dapat memasuki Surga setelah kematian?"

"Iya."


"Apakah Anda menerima bahwa Anda berdosa dan Anda hanya bisa diselamatkan dengan nama Yesus?"

"Iya."

Bagi Bon-Hwa, gravitasi dari momen ini yang telah ia tunggu-tunggu begitu lama lebih daripada yang bisa ditanggung wanita muda itu. Air matanya mengalir.

Dua tahun telah menuntunnya menuju momen ini. Dua tahun lalu, Bon-Hwa menghadiri pertemuan rahasia Women to Women Open Doors pertamanya yang diselenggarakan khusus untuk para wanita Korea Utara yang telah melarikan diri dari negara mereka untuk kehidupan yang lebih baik dan sekarang tinggal secara ilegal di Tiongkok.

Wanita Korea Utara seperti Bon-Hwa sering ditangkap oleh pedagang manusia dan dijual ke pelacuran atau menikah dengan pria Tionghoa miskin. Sementara membantu para pengungsi Korea Utara yang dilarang di Tiongkok dan dikenai hukuman berat, mitra pelayanan Open Doors mengambil risiko besar untuk mengoperasikan sejumlah rumah perlindungan bagi para umat Kristen Korea Utara, serta men-support para wanita yang dipaksa untuk menikah.

Baca juga: Lebih Dari 75% Orang Kristen di Korea Utara Mati Dalam Penganiayaan


Bon-Hwa bertemu Yesus dalam pertemuan rahasia ini dan segera memohon untuk dibaptiskan. Wanita-wanita lain dalam kelompoknya telah menjadi orang-orang yang percaya lebih lama daripadanya dan sudah dibaptis.

"Dia sangat ingin dibaptis sehingga dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi," kata pekerja / pendeta Open Doors yang membaptisnya.

Tentu saja, membaptis warga Korea Utara adalah ilegal dan berisiko. Butuh perencanaan. Karena mereka tidak dapat membaptis Bon-Hwa di kota tempat dia tinggal karena takut tertangkap dan dipulangkan kembali ke Korea Utara, tiga orang yang terlibat — Bon Hwa, pendeta dan pemimpin kelompoknya — melakukan perjalanan secara terpisah ke rumah perlindungan Open Doors di daerah terpencil.

"Butuh berjam-jam untuk mencapai tempat itu," kata staf Open Doors.

Baca juga: Korea Utara Lebih Takut Terhadap Orang Kristen Daripada Senjata Nuklir: Pastor yang Sebelumnya Dipenjara Mengungkapkan


Dia menggambarkan membaptis Bon-Hwa sebagai "momen suci." Mengenakan jas hitam dengan kerah putih, dia membuka upacara kecil dengan doa dan kemudian membaptiskan wanita muda itu "atas nama Bapa, Putera dan Roh Kudus."

Bersama-sama di ruang tamu yang mungil, tiga orang percaya berdiri dan membaca Pengakuan Iman Rasuli: "Saya percaya kepada Allah Bapa, Khalik langit dan bumi dan kepada Yesus Kristus, Tuhan kita…"

Tidak ada foto, tidak ada sertifikat pembaptisan (terlalu berisiko), tidak ada kerumunan, tidak ada gema penegasan. Tetapi di sini, di tempat kecil di tengah antah berantah ini, tiga orang Kristen berdiri di tanah suci.

"Saya harus menahan diri dan fokus pada langkah-langkah upacara," kata pekerja Open Doors. "Atau, saya akan menangis dengan keras sendiri. Itu adalah momen yang sangat indah dan hak istimewa untuk membaptis orang percaya Korea Utara dalam situasi seperti ini."

Baca juga: 94 Mantan Muslim Dibaptis di Laut Arab Dengan Seruan dan Tangisan Sukacita


Sejak pembaptisannya, Bon-Hwa sekarang dapat membaca semua Mazmur 119, Roma 8 dan pasal-pasal lain dalam Alkitab. Dia sangat sadar dia bisa ditangkap kapan saja, namun dia tetap di dalam Yesus Kristus.

Karena wanita ini telah mempertaruhkan nyawanya untuk meninggalkan negaranya dan mengakui bahwa dia adalah milik-Nya sekarang.

Baca juga: Sebelum Dibunuh, Misionaris Ini Membimbing 1.000 Orang Dari Korea Utara kepada Kristus

(Sumber: Open Doors)

Posting Komentar untuk ""Sebuah Momen yang Kudus" —Pengungsi Korea Utara Akhirnya Dibaptis di Rumah Persembunyian"