Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

'Hari Ketika Aku Hampir Meninggal'–Kisah Seorang Kristen Palestina Secara Tidak Terduga Menemukan Kehidupan


Bagi para umat Kristen di Palestina, kehidupan adalah sebuah dilema. Terperangkap di tengah-tengah konflik Israel-Palestina yang sedang berlangsung, iman Kristen mereka menjadikan mereka minoritas di dalam Wilayah Palestina yang mayoritas Muslim (No. 36 dalam Open Doors's World Watch List). Dan etnis Arab mereka menghasilkan banyak pembatasan di pihak Israel. Secara keseluruhan, masyarakat Palestina menganggap konversi dari Islam ke Kristen tidak dapat diterima.

Dan tingkat penganiayaan Kristen yang dihadapi para umat yang percaya di Wilayah Palestina tergantung pada tradisi dan warisan mereka. Konversi dari Islam ke Kristen menanggung beban penganiayaan; mereka ditolak oleh para komunitas dan keluarga mereka. Dan gereja-gereja bersejarah berpaling dari para petobat baru tersebut karena takut akan reaksi dari mayoritas Muslim.


Dalam kisah ini, orang Palestina yang percaya Nadia*, membagikan bagaimana ia memperoleh kehidupan abadi pada hari ia hampir mati — hari yang akhirnya menuntunnya menjadi seorang pemimpin dalam sebuah jaringan umat Kristen Palestina dari latar belakang Muslim.

"SAYA LEBIH MEMILIH PERGI KE NERAKA"

Sebagai seorang remaja Muslim yang tumbuh di Israel, Nadia merasakan kerinduan naluriah untuk hidup lebih dekat dengan Tuhan. Tetapi dia tidak tahu bagaimana cara menemukan Dia.

"Saya dibesarkan dalam sebuah keluarga Muslim, [tetapi] kami tidak terlalu religius," kata Nadia. "Kami tidak berdoa atau pergi ke masjid. Kami hanya merayakan Ramadhan dan merayakan pesta utama."

Pada saat dia berusia 22 tahun, Nadia tahu dia menginginkan lebih. Ketika salah satu temannya mulai hidup sebagai Muslim fundamentalis, mengenakan jilbab dan mengikuti aturan dan peraturan Islam, Nadia mulai tertarik pada Islam.

Baca juga: Seorang Muslim Radikal Memberi Hidupnya Untuk Kristus Setelah Menghadiri Ibadah Gereja


"Teman saya sangat positif mengenai hal itu," katanya. "Saya selalu ragu; Saya tidak pernah menyukai gagasan bahwa perempuan harus menutupi diri mereka sendiri sementara para lelaki diizinkan untuk memiliki empat istri. Tetapi sepertinya hal itu berhasil dilakukannya, jadi saya memutuskan untuk mencobanya. Saya mulai membaca Alquran, terutama yang berfokus pada posisi wanita."

Nadia tidak suka apa yang dibacanya. Dia menceritakan bahwa membaca sebuah ayat yang mengatakan bahwa para suami dapat memukul para istri mereka. Hal Itu membuatnya sangat marah sehingga dia memutuskan dia tidak ingin mengenal Tuhan jika Dia menginstruksikan para pria untuk memperlakukan para wanita seperti itu. Dia membanting menutup Alquran dan tidak pernah membukanya lagi.

"Seluruh pengalaman ini membuatku marah pada Tuhan," kata Nadia. "Saya berteriak kepada-Nya: ‘Semua orang yang saya kenal ingin pergi ke Surga. Tetapi jika ini benar-benar ceritaMu, aku lebih baik pergi ke neraka.' Saya begitu menginginkan lebih dari Tuhan dari pada apa yang saya baca tentang Dia di Alquran."

Sebuah Perkenalan Baru

Nadia menyerah pada Tuhan. Namun, dia segera menemukan bahwa Tuhan tidak menyerah padanya. Beberapa bulan kemudian di tempat kerja, dia tidak sengaja mendengar dua rekan Kristen membahas sifat Tuhan dan betapa penyayangnya Dia.

Baca juga: 16 Mantan Druze di Suriah Menerima Yesus dan Dibaptis: "Mengikut Yesus Keputusanku"


"Aku tertawa terbahak-bahak ketika dia mengatakan itu," kata Nadia. "Aku berkata, 'Tuhan bisa banyak hal, tetapi tentu saja tidak mengasihi dan peduli. Dia hanya gila dan mengerikan.'

"Pada minggu-minggu berikutnya, salah satu rekan Kristen itu mulai membagikan ayat-ayat dalam Alkitab yang berfokus pada kasih Allah. Rekan kerja itu ingin tahu bagaimana Nadia bisa percaya bahwa Tuhan itu sangat buruk. Nadia menolak untuk membela Alquran dan tidak bisa memberikan tanggapan yang baik terhadap argumen rekannya.

Setelah beberapa percakapan, dia memutuskan bahwa ada "setidaknya beberapa kebenaran" pada pesan keselamatan Kristen tetapi menolak kemungkinan untuk menjadi seorang yang percaya. Seperti banyaknya masyarakat Palestina dari keluarga Muslim, masuk agama Kristen dapat kehilangan teman-temannya, anggota keluarganya, dan bahkan nyawanya.

"Aku tahu bahwa di keluargaku, mengubah agamamu bukanlah suatu pilihan," katanya. "Meskipun mereka bukan Muslim aktif, saya yakin mereka akan membunuh saya atau menyakiti saya jika saya menjadi seorang Kristen. Itu akan terlihat memalukan bagi seluruh keluarga."

Alih-alih harus menanggung resiko yang begitu besar, Nadia berhenti berbicara kepada rekan kerjanya dan menutup hatinya sepenuhnya kepada Tuhan.

Baca juga: Wanita Sudan Selatan dan Keluarganya Beralih Kepada Yesus Setelah Gereja Membantu Bangun Kembali Rumahnya


"Aku tidak ingin membahasnya lagi," katanya.

Berjuang untuk Hidup

Nadia hidup seperti itu, katanya, puas saja. Hingga suatu hari di musim panas di bulan Agustus hidupnya berubah.

Saat dia berenang bersama teman-temannya, arus yang kuat menariknya dan menyeretnya ke bawah. Wanita muda itu tahu dia akan tenggelam.

"Saya menyadari, 'Inilah akhirnya. Hidup saya sudah berakhir sekarang,'' katanya. "Saya memikirkan rekan Kristen saya, satu-satunya orang yang saya tahu yang yakin dia (rekannya) akan ke surga. Saya juga menyadari tempat di mana saya akan pergi, tempat yang telah saya pilih. Neraka."

"Tepat pada saat itu, saya merasakan sebuah tangan menyeretku keluar dari air. Penjaga Pantai telah muncul. Mereka mengatakan kepada saya bahwa ini adalah bagian laut yang sangat berbahaya dengan arus yang berbahaya."

Ketika Nadia berbaring di tempat tidur, dia memikirkan rekan kerja Kristennya. Dia menelepon dan meminta Alkitab kepadanya, memberitahunya bahwa dia ingin membacanya sendiri. Dia mulai dengan Matius.

Baca juga: Dalam Pengalaman Menjelang Kematiannya, Yesus dan Setan Memperdebatkan Hidupnya


"Firman Yesus dalam Khotbah di Bukit sangat menyentuh saya," katanya. "Dibandingkan dengan ajaran Muhammad, Kristus sangat berbeda, begitu penuh cinta."

Meski begitu, Nadia bergumul dengan gagasan untuk menjadi orang yang percaya. Jika dia menerima Kristus, dia bisa kehilangan semua orang yang dia cintai. Rekan kerjanya menyarankan agar dia meminta Tuhan menghilangkan keraguannya.

"Jadi saya duduk di kamar saya dan menceritakan segalanya kepada-Nya," kenangnya. "Saya berkata," Jika Engkau adalah Tuhan Islam, saya akan mengikuti Engkau dan mengenakan jilbab, meskipun saya tidak menyukainya. Tetapi jika Engkau adalah Tuhan Alkitab, saya juga akan mengikuti Engkau, bahkan ketika saya tidak tahu caranya. Katakan saja apa yang Engkau ingin saya lakukan dan saya akan melakukannya."

"TUHAN SELAMATKAN SAYA."

Sendiri di kamarnya, Nadia mengangkat tangannya dengan cara yang sama seperti ketika dia tenggelam.

"Aku berkata, 'Tuhan, selamatkan aku.' Lalu aku mulai berbicara dengan suara keras. Sekarang aku tahu ini adalah Roh Kudus dalam diriku. Aku mulai mengakui. Aku terus mengulangi dengan keras: 'Yesus adalah jalan, kebenaran, dan hidup.' Aku terus mengulanginya mungkin selama 10 menit."

Baca juga: Gadis Muslim Dibunuh dan Dilemparkan ke Dalam Sumur oleh Ayahnya Namun Dihidupkan Kembali oleh Yesus


Pada saat itu, katanya, dia merasakan kedamaian dan penerimaan yang mendalam memenuhi dirinya.

"Itu pada Agustus 1995," kata Nadia. "Sejak itu, saya telah mengikuti Yesus."

Pada awalnya, dia menyembunyikan iman yang baru ditemukannya, takut diusir dari keluarganya ... atau lebih buruk. Setelah beberapa bulan, ibunya menemukan rahasianya, diikuti oleh saudara perempuan dan iparnya. Yang melegakan Nadia, mereka tidak menghindarinya. Sebaliknya, mereka mengatakan kepadanya untuk tetap diam tentang Kristus.

"Mereka membantu saya menyembunyikan iman saya karena itu akan melukai mereka dan seluruh keluarga jika [perubahan agama saya] diketahui publik," katanya.

Enam tahun kemudian, ayahnya tahu. Kejutan itu, Nadia yakini yang menyebabkan serangan jantungnya.

"Dia dirawat intensif selama beberapa hari karena dia tidak tahan dengan rasa malu bahwa berita ini akan menimpanya dan keluarganya," katanya. "Dia memaksa saya untuk meninggalkan rumah, meninggalkan komunitas saya, dan membangun kehidupan baru di tempat lain."

KEHIDUPAN BARU

Saat ini, Nadia adalah salah satu pemimpin dalam jaringan orang-orang percaya Palestina dari latar belakang Muslim. Ibunya sangat tersentuh oleh perubahan dalam kehidupan putrinya sehingga dia juga menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya. Ayahnya masih seorang Muslim tetapi akhirnya berbicara dengan Nadia lagi setelah bertahun-tahun diam.

"Saya sekarang memiliki hubungan yang baik dengan dia," katanya. “Dia semakin tua, dan kesehatannya tidak membaik. Beberapa hari yang lalu, saya bertanya kepadanya, "Ayah, tolong jangan berteriak, tetapi katakan saja - Bisakah saya membawa seseorang untuk mendoakanmu?" Dia memikirkannya sebentar dan kemudian dengan ramah menolak. Saya terus berdoa untuknya."

Baca juga: Kesaksian Cesar Carbello Tentang Perjumpaan dengan Yesus yang Menyelamatkannya


Open Doors mendukung Nadia dan orang-orang percaya seperti dia di Israel dan Wilayah Palestina. Melalui pelatihan kepemimpinan Kristen Open Doors, Nadia telah bertumbuh dalam imannya selama bertahun-tahun.

"Open doors membantu kami selama bertahun-tahun, misalnya, dengan menyelenggarakan konferensi keluarga untuk orang-orang percaya dengan latar belakang Muslim," kata Nadia. “Banyak dari kami yang berjuang dengan keluarga kami setelah mereka meninggalkan kami – secara finansial, tetapi juga secara sosial. Open Doors telah mendukung saya secara praktis pada hari-hari yang paling sulit bagi saya, tetapi juga secara spiritual. Anda selalu bertanya, "Bisakah kami berdoa untuk Anda?" Dan ketika kami mengirimi Anda permintaan doa kami, kami tahu Anda akan berdoa untuk kami.

"Open Doors adalah sebuah sumber dorongan besar bagi saya dan banyak orang percaya lainnya di sini. Kami tidak akan bisa bertahan tanpamu. Terima kasih atas dukungan Anda, doa-doa Anda, dan kebijaksanaan yang Anda bawa ke komunitas orang percaya kami dari latar belakang Muslim."

Berdoalah bersama Nadia dan para umat percaya Palestina yang dari latar belakang Muslim.

(Sumber: opendoorsusa.org)

2 komentar untuk "'Hari Ketika Aku Hampir Meninggal'–Kisah Seorang Kristen Palestina Secara Tidak Terduga Menemukan Kehidupan"

  1. Terima kasih Yesus,Engkau telah lahir/hadir dlm hati Nadya. Tuntunlah dia agar melalui dia banyak yg rindu akan akan kehadiranMu di tempat dia tinggal. Terpujlahlah Tuhan

    BalasHapus
  2. Berita seperti ini jangan di percaya begitu saja

    BalasHapus