Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Semua Anak Sekolah Minggu Gereja Sri Lanka 'Bersedia Mati untuk Kristus' pada Paskah. Setengahnya Terbunuh


Seorang guru Sekolah Minggu yang bernama Caroline Mahendran, dari Gereja Zion di Sri Lanka mengatakan bahwa beberapa menit sebelum ledakan bom menghancurkan gerejanya, dia bertanya kepada anak-anak, siapa saja yang akan rela mati demi Kristus. Mereka semua mengangkat tangan.


Hanya beberapa menit setelah menyatakan keinginan mereka untuk mati bagi Kristus, setengah dari anak-anak dari satu kelas Sekolah Minggu di Gereja Zion di Batticaloa dilaporkan tewas dalam serangan bom bunuh diri pada hari Minggu Paskah di Sri Lanka.

Anak-anak merayakan Paskah tepat sebelum serangan teroris menghantam gereja mereka. (Hananya Naftali / Facebook)
"Hari ini di sekolah Minggu Paskah di Gereja, kami bertanya kepada anak-anak, berapa banyak dari kalian yang rela mati untuk Kristus? Semua anak mengangkat tangan," kata Caroline Mahendran, menurut seorang bintang media sosial Kristen, Hananya Naftali "Beberapa menit kemudian, mereka datang ke kebaktian utama dan ledakan itu terjadi. Setengah dari anak-anak itu meninggal di tempat."

Menurut laporan jumlah korban tewas akibat serangan bom di beberapa gereja dan hotel-hotel mewah di negara kepulauan itu, di mana jumlah umat Kristen kurang dari 10% dari 20 juta penduduk, meningkat menjadi hampir 300 pada Senin, dengan sedikitnya 500 orang terluka.

Baca juga: Serangan Bom di Gereja Sri Lanka Tepat di Minggu Paskah, Korban Terus Bertambah


Fr. Kumaran, seorang pendeta di Gereja Zion, mengatakan kepada Times of India bahwa ia menyaksikan kematian banyak anak tak lama setelah berdebat dengan tersangka pelaku bom bunuh diri yang tidak ia kenal.

Saat itu sekitar jam 8:30 pagi, kata Kumaran, ketika dia melihat tersangka pelaku bom bunuh diri membawa tas di tangga gereja yang sudah penuh dengan umat.

"Saya bertanya kepadanya siapa dia dan namanya. Dia mengatakan dia adalah seorang Muslim dan ingin mengunjungi gereja," kata Kumaran.

Kumaran mengatakan bahwa ia diantar pergi dari pertemuan itu dengan para pendeta lain karena kebaktian sudah akan dimulai. Ketika ia berjalan menuju podium, ia mendengar sebuah ledakan. Ketika dia berbalik, darah para jemaatnya, termasuk banyak dari anak-anak Sekolah Minggu, berceceran di dinding gereja.

"Dua puluh delapan orang tewas, di antara mereka 12 anak-anak. Dua kritis," kata Kumaran yang sedang menderita kepada media.

Baca juga: Suami-Istri Asal Indonesia Pelaku Bom Bunuh Diri di Gereja Filipina


Arasaratnam Verl, 41, mengatakan putranya yang berusia 13 tahun, V. Jackson, yang merupakan anaknya satu-satunya, berdiri di dekat pintu masuk gereja setelah menghadiri kelas Sekolah Minggu. Jackson terbunuh seketika.

"Kakak perempuan saya juga terbunuh. Dua adik perempuan saya dan ipar saya sangat kritis," kata Verl, seorang sopir taksi, kepada Times of India.

Serangan Bom Bunuh Diri Gereja Zion di Batticaloa, Sri Lanka, 21 April 2019. (Garikaalan/Twitter)
Verl mengatakan temannya, Ramesh, yang juga mempertanyakan tersangka pelaku bom bunuh diri dan "mendorong pria itu keluar dari pintu gereja," juga meninggal ketika pria itu meledakkan dirinya tak lama setelah itu.

"Saya belum pernah mendengar suara ledakan bom sebelumnya. Kami awalnya mengira itu adalah ledakan ban," kata S. Vikash, 21, seorang wakil medis yang tinggal di dekat gereja. "Ketika kami menyadari itu adalah ledakan, kami mengikuti suara mobil pemadam dan ambulans. Pemandangan itu mengerikan. Ada darah dan bagian tubuh berserakan di mana-mana. Sangat menyayat hati melihat mayat anak-anak."

Baca juga: Halangi Pengebom Gereja, Pria Sri Lanka Dikenang Sebagai Pahlawan


Selain Gereja Zion, serangan bom Paskah Sri Lanka juga menargetkan Tempat Suci St. Anthony di Kolombo; Gereja St. Sebastian di Negombo; serta hotel-hotel mewah di Colombo, termasuk Shangri-La, Cinnamon Grand dan Kingsbury.

Fr. Kanapathipillai Deivendiran, yang dijadwalkan untuk menyampaikan pesan Hari Paskah di Gereja Zion pada hari Minggu, mengatakan kepada The Hindu bahwa jika dia tidak terlambat, dia mungkin telah terbunuh juga.

"Saya pergi setelah jam 9 pagi lewat sedikit. Saya terlambat beberapa menit atau Anda tidak akan berbicara kepada saya sekarang," katanya. "Saya tidak tahu bahwa ada ledakan beberapa menit sebelum itu, saya hanya berjalan ke tempat itu. Ketika saya masuk, saya terguncang oleh pemandangan itu - dinding telah runtuh sepenuhnya, ada mayat di seluruh lantai," katanya.

(Sumber: christianpost)

Posting Komentar untuk "Semua Anak Sekolah Minggu Gereja Sri Lanka 'Bersedia Mati untuk Kristus' pada Paskah. Setengahnya Terbunuh"