Kecelakaan yang Melumpuhkan Memberi Pria ini Kehidupan Baru | Brian Ziegler
“Saya tumbuh besar bersama olahraga. Kalau ada jaring atau bola, atau perlombaan apapum, saya akan mengikutinya untuk bisa menang," kata Brian Ziegler. “Saat masuk SMU saya memiliki kesempatan untuk masuk tim basket dan hey saya seorang atlit, pemain utama basket."
Sebagai bintang basket Brian memiliki penggemar. Tapi penggemar terbesarnya bernama Brian. Ini adalah ego, Brian ingin namanya tercetak, dia suka popularitas dan semua perhatian yang didapat.
Brian menjadi calon mahasiswa yang terkenal dan dijamin masuk dalam universitas ternama. "Saya punya kesempatan hebat, pelatih datang ke rumah untuk merekrutku, kesempatan untuk pergi ke seluruh negeri." Selain basket, Brian menghabiskan waktunya untuk pesta, tidak untuk belajar. Tes masuk universitasnya sangat rendah.
Akhirnya Brian mengambil perguruan tinggi dua tahun dan menyelesaikannya sambil tetap bermain basket. Tapi kebiasaan pestanya semakin buruk. Dari segelas bir menjadi enam gelas, dua belas gelas hingga dia menjadi pecandu alkohol dan narkoba.
Orangtua Brian adalah orang Kristen yang membesarkan Brian di lingkungan gereja, tidak menyangka semua itu terjadi. Bill ayah Brian berkata, "Brian hanya bisa minum sedikit, aku tak mengerti dia menjadi pecandu, kalau saja aku dan istriku Vicky tahu lebih awal, kami pasti melakukan sesuatu."
Brian masih mendapatkan kesempatan dari Universitas Akron, pelatih di sana menginginkannya bermain basket untuk mereka. Brian antusias, "ini sangat hebat" katanya "rasanya seperti surga dan tak ada yang lebih baik lagi selain kesempatan ini."
Tapi sekali lagi, Nilai buruk dan hasil tes yang rendah menghancurkan harapan Brian. Semua tidak sesuai rencananya. " Rencanaku adalah menjadi pemain profesional, lulus dari Akron, pergi bertanding ke seluruh negara, dan menikah dengan wanita cantik."
Alkohol dan obat-obatan membius Brian semakin dalam. Di suatu musim panas, dalam perjalanan pulangnya sehabis pesta dengan seorang teman, malam yang dilanda hujan deras, mobil mereka menabrak pagar pembatas. Brian terlempar keluar dari jendela sejauh 50 kaki, mendarat tepat di lehernya. Brian dibawa ke rumah sakit terdekat, dan dokter memberikan kabar buruk, "Anda mengalami patah leher dan akan lumpuh dari leher sampai kaki, Anda mungkin tidak akan dapat berjalan lagi."
“Ini kabar yang menghancurkan hati kami," ayahnya berkata. "kondisi yang tidak bisa kami percayai bisa terjadi."Itulah saat-saat dimana iman dan doa menjadi sangat intens bagi ayah dan ibunya.
Bagi Brian, saat itu semua mimpi, semua ambisi dan tujuannya ikut terlempar keluar dari jendela itu. Dan semua mimpi-mimpinya akan berujung di sebuah kursi roda.
Brian berseru kepada Tuhan. Dia berkata, "Tuhan aku membutuhkan-Mu, bantulah aku, aku hanya butuh sebuah mujizat. Bukan agar aku bisa berjalan atau keluar dari kursi roda ini, aku minta mujizat kecil agar aku bisa melewati hariku. "
Brian menunjukkan kemajuan, dalam tiga bulan dia sudah bisa sedikit melangkah. Tapi bagi Brian dia tidak memiliki apapun lagi. Tidak akan ada basket lagi, tidak ada pekerjaan dan tidak yakin apakah bisa menikah apalagi memiliki anak.
Suatu hari seorang temannya hampir tewas akibat over dosis. Saat itulah Tuhan seolah berbicara kepadanya. "Apa yang kamu lakukan? Bagaimana kamu bisa hidup seperti ini?"
Aku mulai berpikir, aku bisa lebih dari sekarang, aku tak bisa hidup seperti ini terus. Setelah sekian tahun, Brian mulai ke gereja lagi. Pikirannya kembali pada masa orangtuanya membawanya ke gereja. Saat dia mendengar musik pujian, hatinya tergerak. Ketika seorang pendeta naik ke panggung dan berbicara, dia melihat cahaya keluar dari sang pendeta, dia merasakan suatu kekuatan. Sang pendeta mulai berbicara tentang pengampunan, disiplin, dapat diandalkan, tentang teladan Yesus dalam segala hal tersebut, Brian terpana.
Brian mulai mengikuti PA dan membaca Alkitab. Semua yang dibaca terasa nyata. "Ini bukan Yesus yang hanya dalam cerita Alkitab, Dia nyata!" Brian tak dapat menjelaskan bagaimana semua kata-kata yang dia baca, segala tempat dan kejadian seperti nyata dia lihat. Sejak saat itu Brian menerima Yesus sebagai Tuhan dalam hidupnya.
Tidak lama kemudian Brian dibaptis. Dia masih menjalani terapi fisik dan berjalan dalam iman dan doa. Sekarang Brian 90 persen bisa bergerak, dan memiliki pernikahan yang bahagia. Dia terus membagikan kisah Yesus yang menggerakkan hatinya, tentang cintanya pada Yesus.
“Semakin dalam cintaku pada Yesus, hari demi hari," Brian keluar dari hidupnya yang lama, dulu yang dia pikirkan adalah dirinya sendiri, sekarang hanya Yesus yang utama. Hanya firmannya yang didengar, berada di tengah orang-orang yang mencintai Yesus.
“Tuhan bekerja sangat ajaib dalam hidupnya, " ayahnya berkata. Brian melanjutkan pelayanan ke orang-orang dengan semangat. "Bukan karena aku atau ibunya, ini adalah mujizat dari Yesus."
Brian menambahkan, “Tidak pernah terpikirkan olehku bahwa Tuhan dapat memberikan penyembuhan dalam hidupku. Tuhan tak henti-hentinya memukau saya dalam setiap aspek kehidupanku".
Sebagai bintang basket Brian memiliki penggemar. Tapi penggemar terbesarnya bernama Brian. Ini adalah ego, Brian ingin namanya tercetak, dia suka popularitas dan semua perhatian yang didapat.
Brian menjadi calon mahasiswa yang terkenal dan dijamin masuk dalam universitas ternama. "Saya punya kesempatan hebat, pelatih datang ke rumah untuk merekrutku, kesempatan untuk pergi ke seluruh negeri." Selain basket, Brian menghabiskan waktunya untuk pesta, tidak untuk belajar. Tes masuk universitasnya sangat rendah.
Akhirnya Brian mengambil perguruan tinggi dua tahun dan menyelesaikannya sambil tetap bermain basket. Tapi kebiasaan pestanya semakin buruk. Dari segelas bir menjadi enam gelas, dua belas gelas hingga dia menjadi pecandu alkohol dan narkoba.
Orangtua Brian adalah orang Kristen yang membesarkan Brian di lingkungan gereja, tidak menyangka semua itu terjadi. Bill ayah Brian berkata, "Brian hanya bisa minum sedikit, aku tak mengerti dia menjadi pecandu, kalau saja aku dan istriku Vicky tahu lebih awal, kami pasti melakukan sesuatu."
Brian masih mendapatkan kesempatan dari Universitas Akron, pelatih di sana menginginkannya bermain basket untuk mereka. Brian antusias, "ini sangat hebat" katanya "rasanya seperti surga dan tak ada yang lebih baik lagi selain kesempatan ini."
Tapi sekali lagi, Nilai buruk dan hasil tes yang rendah menghancurkan harapan Brian. Semua tidak sesuai rencananya. " Rencanaku adalah menjadi pemain profesional, lulus dari Akron, pergi bertanding ke seluruh negara, dan menikah dengan wanita cantik."
Alkohol dan obat-obatan membius Brian semakin dalam. Di suatu musim panas, dalam perjalanan pulangnya sehabis pesta dengan seorang teman, malam yang dilanda hujan deras, mobil mereka menabrak pagar pembatas. Brian terlempar keluar dari jendela sejauh 50 kaki, mendarat tepat di lehernya. Brian dibawa ke rumah sakit terdekat, dan dokter memberikan kabar buruk, "Anda mengalami patah leher dan akan lumpuh dari leher sampai kaki, Anda mungkin tidak akan dapat berjalan lagi."
“Ini kabar yang menghancurkan hati kami," ayahnya berkata. "kondisi yang tidak bisa kami percayai bisa terjadi."Itulah saat-saat dimana iman dan doa menjadi sangat intens bagi ayah dan ibunya.
Bagi Brian, saat itu semua mimpi, semua ambisi dan tujuannya ikut terlempar keluar dari jendela itu. Dan semua mimpi-mimpinya akan berujung di sebuah kursi roda.
Brian berseru kepada Tuhan. Dia berkata, "Tuhan aku membutuhkan-Mu, bantulah aku, aku hanya butuh sebuah mujizat. Bukan agar aku bisa berjalan atau keluar dari kursi roda ini, aku minta mujizat kecil agar aku bisa melewati hariku. "
Brian menunjukkan kemajuan, dalam tiga bulan dia sudah bisa sedikit melangkah. Tapi bagi Brian dia tidak memiliki apapun lagi. Tidak akan ada basket lagi, tidak ada pekerjaan dan tidak yakin apakah bisa menikah apalagi memiliki anak.
Suatu hari seorang temannya hampir tewas akibat over dosis. Saat itulah Tuhan seolah berbicara kepadanya. "Apa yang kamu lakukan? Bagaimana kamu bisa hidup seperti ini?"
Aku mulai berpikir, aku bisa lebih dari sekarang, aku tak bisa hidup seperti ini terus. Setelah sekian tahun, Brian mulai ke gereja lagi. Pikirannya kembali pada masa orangtuanya membawanya ke gereja. Saat dia mendengar musik pujian, hatinya tergerak. Ketika seorang pendeta naik ke panggung dan berbicara, dia melihat cahaya keluar dari sang pendeta, dia merasakan suatu kekuatan. Sang pendeta mulai berbicara tentang pengampunan, disiplin, dapat diandalkan, tentang teladan Yesus dalam segala hal tersebut, Brian terpana.
Brian mulai mengikuti PA dan membaca Alkitab. Semua yang dibaca terasa nyata. "Ini bukan Yesus yang hanya dalam cerita Alkitab, Dia nyata!" Brian tak dapat menjelaskan bagaimana semua kata-kata yang dia baca, segala tempat dan kejadian seperti nyata dia lihat. Sejak saat itu Brian menerima Yesus sebagai Tuhan dalam hidupnya.
Tidak lama kemudian Brian dibaptis. Dia masih menjalani terapi fisik dan berjalan dalam iman dan doa. Sekarang Brian 90 persen bisa bergerak, dan memiliki pernikahan yang bahagia. Dia terus membagikan kisah Yesus yang menggerakkan hatinya, tentang cintanya pada Yesus.
“Semakin dalam cintaku pada Yesus, hari demi hari," Brian keluar dari hidupnya yang lama, dulu yang dia pikirkan adalah dirinya sendiri, sekarang hanya Yesus yang utama. Hanya firmannya yang didengar, berada di tengah orang-orang yang mencintai Yesus.
“Tuhan bekerja sangat ajaib dalam hidupnya, " ayahnya berkata. Brian melanjutkan pelayanan ke orang-orang dengan semangat. "Bukan karena aku atau ibunya, ini adalah mujizat dari Yesus."
Brian menambahkan, “Tidak pernah terpikirkan olehku bahwa Tuhan dapat memberikan penyembuhan dalam hidupku. Tuhan tak henti-hentinya memukau saya dalam setiap aspek kehidupanku".
Sumber: CBN
Posting Komentar untuk "Kecelakaan yang Melumpuhkan Memberi Pria ini Kehidupan Baru | Brian Ziegler"