Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saat Merayakan Natal, Umat Kristen di India Mengalami Kekerasan


India merupakan sebuah negara dengan penduduk mayoritas beragama Hindu, yakni sekitar 80% dari populasi India yang berjumlah sekitar 1,3 milyar.

Natal menjadi bisnis besar di negeri India - pusat perbelanjaan memainkan musik natal, penjual online menjual keranjang liburan, toko pakaian menjual dan menyewakan pakaian Santa Claus.

Walaupun orang Kristen hanya mewakili 2,3 persen dari populasi India, Natal diakui sebagai hari libur nasional.


Namun, kini India telah berubah. Sejak Perdana Menteri Narendra Modi berkuasa pada tahun 2014, tercatat intensitas kekerasan terhadap penganut agama minoritas, semakin meningkat.

Pada kamis malam, di Kota Aligarh, yang terletak di India sebelah Utara, ketika sekelompok orang Kristen sedang berkumpul di rumah salah satu jemaat dalam rangka merayakan acara Natal, mereka mengalami tindak kekerasan.

Ketika mereka sedang menyanyikan lagu Natal, di luar ruangan ada sekelompok orang sedang berkumpul. Kemudian salah satunya memaksa masuk ke ruangan itu. "Dia menendang alat musik sebelum mencoba menyerang adikku dengan pisau," kata Jitesh Chauhan, salah seorang penyanyi di acara tersebut.

Jitesh mengatakan bahwa orang ini mengeluarkan ancaman disertai kata-kata bernada anti-Kristen dan merusak peralatan musik. Walaupun tidak ada yang terluka namun mereka terguncang.

Beberapa hari sebelumnya di kota Aligarh, aktivis Hindu garis keras menyebarkan surat peringatan di sekolah-sekolah Kristen di kota tersebut untuk tidak melibatkan siswa Hindu dalam kegiatan natal. Di kota Mathura, tujuh orang Kristen ditangkap oleh polisi saat sedang berdoa di dalam rumah salah satu anggota jemaat. Di Satna, negara bagian Madhya Pradesh, sekelompok paduan suara ditahan saat sedang berkeliling dari pintu ke pintu.

Selain warga Kristen, warga minoritas Muslim, juga kerap mengalami kekerasan yang dilakukan oleh aktivis Hindu garis keras. Kelompok Hindu seperti dari partai berkuasan Bharatiya Janata secara terbuka berupaya melarang Muslim agar tidak bisa membeli properti di kawasan tempat tinggal Hindu.

Pada 2014, India diperintah oleh partai nasionalis Hindu lewat kemenangannya dalam pemilu. Pemimpinya, Narendra Modi, menjadi Perdana Menteri India hinga saat ini. Dia adalah seorang penganut ajaran Hindutva, yang meyakini bahwa budaya dan institusi India harus mencerminkan sifat Hindu yang inheren. Sedangkan keyakinan lain yang minoritas, dianggap telah disesatkan oleh pengaruh asing, dan ditoleransi asalkan mereka mengakui hegemoni Hindu.


Modi sendiri telah berulang kali menekankan bahwa pemerintahannya akan mempromosikan "kebebasan beragama". Namun, Dhirendra K Jha, seorang penulis yang buku terbarunya mempelajari "tentara bayangan" ini, mengatakan kelompok radikal Hindutva melihat munculnya Modi sebagai lampu hijau bagi mereka.

"Setelah Modi jadi Perdana Menteri, kelompok ini mulai berpikir bahwa mereka memegang kekuasaan dan ini adalah pemerintahan milik mereka,” kata Jha. “Ini membuat mereka berbuat semena-mena. Mereka tidak takut hukum dan tatanan sosial ataupun ketentuan institusi. Mereka bebas bertindak anarkis."

Baca juga: Natal di Sebuah Negara Tertutup: Kabar Gembira dari Arab Saudi


Walaupun mengetahui adanya ketidakadilan yang terjadi, Modi sendiri tidak bertindak apa-apa. "Modi tidak akan pernah keluar dan secara terbuka menolong mereka," kata Jha. "Karena kesunyiannya, pesan itu masuk ke aparat negara sehingga aparat tidak akan bertindak melawan mereka."

Beberapa waktu lalu sebuah gereja mendapatkan ancaman dari kelompok garis keras Hindu lantaran ada laporan bahwa gereja tersebut telah membagikan uang dan mengajak warga setempat untuk pindah agama.

(Sumber: Theguardian.com)

Posting Komentar untuk "Saat Merayakan Natal, Umat Kristen di India Mengalami Kekerasan"